Senin, 12 Mei 2014

Bandar Udara Internasional Kualanamu Sumatera Utara

 
Bandar Udara Internasional
Kualanamu
Kualanamu International Airport
Kuala-Namu.jpg
Apron Bandar Udara Kualanamu
IATA: KNO – ICAO: WIMM
Ikhtisar
Jenis bandara Publik
Pemilik Pemerintah Indonesia
Pengelola PT Angkasa Pura II
Melayani Medan, Sumatera Utara
Lokasi Deli Serdang, Sumatera Utara
Penghubung untuk
  • Garuda Indonesia
  • Indonesia AirAsia
  • Lion Air
  • Sriwijaya Air
  • Susi Air
  • Wings Air
Kota fokus untuk Medan, Sumatera Utara
Dibuka 25 Juli 2013
Koordinat 3°38′32″LU 98°52′42″BTKoordinat: 3°38′32″LU 98°52′42″BT
Situs web http://kualanamu-airport.co.id/
Peta
KNO is located in Sumatra Topography
KNO
Lokasi Bandara di Sumatera
Landas pacu
Arah Panjang Permukaan
m ft
05/23 3.750 12.303 Aspal

Bandar Udara Internasional Kualanamu (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah bandar udara internasional yang melayani kota Medan dan sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini adalah bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan
 

Latar belakang pembangunan

Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992. Dalam kunjungan kerja ke Medan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Azwar Anas, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan, bandara akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan diawali pada 1 Agustus 1997, namun krisis moneter yang dimulai pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai bandara ini jarang terdengar lagi, hingga kecelakaan pesawat Mandala Airlines terjadi pada 5 September 2005. Kecelakaan ini menewaskan Gubernur Sumatera Utara Tengku Rizal Nurdin dan juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara tewas akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali seruan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai. Selain itu, kapasitas Polonia yang telah melebihi batasnya juga merupakan salah satu faktor direncanakannya pemindahan bandara.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5963vuZ_nOmMkkAohA214v6bWltmRaemykdoMwZBmvTZHHdq8Y4i3VC1L6wPBdsFDMJczJZutZvjZNv8879WdkARW61FW1PXYbpmowXx0C0hPZMh1s8gqbg9xs-eHr9dFsLHTjtBVDJAd/s1600/Bandara-Kuala-Namu-Internasional----fbcdn-net.jpgRencana pembangunan selama bertahun-tahun terhambat masalah pembebasan lahan. Pada 1 Juli 2006, baru 1.650 hektaree lahan yang telah tidak bermasalah, sementara lahan yang dihuni 71 kepala keluarga lainnya masih sedang dinegosiasikan. Pada 1 November 2006 dilaporkan bahwa Angkasa Pura II telah menyelesaikan seluruh pembebasan lahan.

Pada 1 November 2011, bandara ini telah 70% selesai dan direncanakan selesai 100% pada tahun akhir 2012 yang termasuk jalan raya nontol, jalur kereta api & jalan raya tol yang akan dibangun setelahnya.
Pada awal tahun 2013, perkembangannya telah mencapai 95%. Pada 10 Januari 2013, bandara ini melakukan percobaan sistem navigasi dan teknis. Bandara ini dibuka pada 25 Juli 2013.
Pada 27 Maret 2014, bandara ini diresmikan operasionalnya oleh Presiden Republik Indonesia SusiloBambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian pembangunan beberapa bandara di Pulau Sumatera.

 Tahap I bandara dapat menampung 8,1 juta-penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun, sementara setelah selesainya tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang per tahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6,5 hektaree dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektaree & fasilitas kargo seluas 1,3 hektaree. Bandara Internasional Kualanamu memiliki panjang landas pacu 3,75 km yang cocok untuk didarati pesawat sebesar Boeing 747 & mempunyai 8 garbarata. Walaupun fasilitasnya belum terpasang, bandara ini sanggup didarati oleh pesawat penumpang Airbus A380. Bandara ini juga adalah bandara keempat di Indonesia yang bisa didarati Airbus A380 selain Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Bandar Udara Internasional Ngurah Rai & Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

"New Tanjung Priok" The Biggest Indonesia Port Project


 http://data.tribunnews.com/foto/images/preview/20131217_045520_new-tanjung-priok.jpg

New Priok Port in Jakarta
The construction of a new port - an extension of Indonesia's busiest port, Tanjung Priok - is one of the biggest public projects currently in development in Indonesia. The Tanjung Priok harbor in North Jakarta which handles more than half of total goods that are exported from or imported to Indonesia has however become overloaded over the years. The New Priok project will bring Indonesia's port facilities on par with other world-class ports. It will significantly strengthen Indonesia's logistics chain, thus implying a better environment for trade and other businesses. Developer and operator of this mega-project is state-owned enterprise Pelindo II.
When fully operational in 2023, this New Priok Port (which is also known as Kalibaru Port) will more than triple annual capacity of Tanjung Priok.

Phases of Construction
The complete New Priok Port project is divided into three phases. The first phase includes the installation of container terminal infrastructure and equipment (USD $1.38 billion) as well as construction of a new petroleum product terminal (USD $730 million) on a total of 195 hectares of land in North Jakarta. In this phase the port's length of piers becomes around 4,000 meters. The groundbreaking of this first phase was held in March 2013 (attended by president Susilo Bambang Yudhoyono). The company that won the tender for the construction of the container terminal is Mitsui & Co, one of Japan's largest trading companies. In May 2013, it was reported that Royal HaskoningDHV, a Dutch project management and engineering consultancy service provider, won the contract to supervise the construction of the extension of the main port. The first phase is expected to be completed in 2014.
The tender for terminal two and three is currently open. The winner will be announced in September 2013.
When the whole project is completed, Jakarta's Tanjung Priok Port will increase its annual capacity from five million twenty-foot equivalent units (TEU) of containers to 18 million TEU and will be able to facilitate triple-E class container ships (with a 18,000 TEU capacity) in a 300 meters wide two-way sea lane. Tanjung Priok was originally designed to handle five million TEU of container traffic per year. In 2011, however, container traffic in this harbor reached 5.8 TEU, indicating the necessity to expand its infrastructure.
New Priok Port Location Indonesia Investments Jakarta Van der Schaar 
Start of Construction:

March 2013

Completion:
2014 - phase 1
2023 - complete project

Estimated Costs:
US $2.47 bil. - phase 1
US $1.50 bil. - phase 2

Developer/Operator:
Pelindo II - Mitsui & Co

Involved Company
Through a presidential decree (No. 36/2012) issued in April 2012 Indonesia Port Corporation II (abbreviated IPC but better known in Indonesia as Pelindo II) was tasked to develop and operate the New Priok Port. Pelindo II is Indonesia's largest port operator and plans to invest USD $2.47 billion to realize this project. The project will be funded through Pelindo II's own resources, national and international loans as well as funding from major shipping and port operators. Funding from the Indonesian State Budget (APBN) is not allowed in any form.

Jembatan "Merah Putih " Kota Ambon


 

Jembatan Merah Putih adalah jembatan yang membentangi Teluk Dalam Pulau Ambon, yang menghubungkan Kecamatan Sirimau pada sisi utara dan Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan.
Pembangunan Jembatan Merah Putih bertujuan untuk menunjang pengembangan fungsi kawasan di Teluk Ambon sesuai dengan Tata Ruang Kota Ambon dimana Poka-Rumahtiga sebagai kawasan pendidikan dan Durian Patah - Telaga Kodok sebagai kawasan pemukiman.
Selain itu, Jembatan ini juga menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada khususnya pada Jazirah Leihitu serta mempersingkat jarak dan waktu tempuh kendaraan (mengurangi biaya operasi) menuju Bandar Udara Internasional Pattimura di Laha sebagai pintu keluar ke provinsi lainnya.
Pengembangan kawasan Kecamatan Teluk Ambon diharapkan akan lebih meningkatkan aktivitas sosial perekonomian dan pariwisata dengan tetap mempertahankan dan mengembangkan mata pencaharian masyarakat sekitar (pengayuh Perahu). Total panjang Jembatan Galala-Poka adalah ± 1060 m, dengan tipe jembatan utama adalah cable-stayed sepanjang 300 m.

Berikut gambar proses pembangunan jembatan Merah Putih :